Remember You

PROLOG

Disini, tempat yang sama sekali tidak pernah aku kunjungi sebelumnya, tempat yang sama sekali tidak aku kenali, yang selalu saja muncul dalam iringan malam bertajuk mimpi. Setelah kejadian itu aku tidak hentinya mendapat mimpi yang sama. Dimana didalamnya terlihat sosok wanita yang sedang asyik bermain dengan seekor kucing  dengan gaun putih menghiasi tubuh mungilnya disebuah tempat terbuka seperti taman tetapi bukan seperti taman pada umumnya, disisi lain terdapat seorang anak lelaki yang telihat murung dan sedih memandang gadis bergaun putih tersebut. Entahlah, aku tidak terlalu ingin memikirkannya.

Oh yah, aku Hana. Biasa dipanggil Han oleh sahabat-sahabatku. 2 tahun setelah kecelakaan  itu, aku  merasa ada yang salah dengan otakku, dimana sebuah potongan-potongan kejadian aneh muncul dalam ingatanku. Tapi, kejadian itu sama sekali tidak pernah aku lihat sebelumnya. Entah itu sesuatu yang penting dan berharga yang telah aku lupakan atau hanya sebuah imajinasiku. Setelah sadar dari koma selama 2 tahun, Mama melarang keras untuk tidak melanjutkan studiku dan hanya menyuruhku untuk mengelola Butik miliknya dengan alasan dia sudah tidak ingin melanjutkan bisnisnya karena faktor usia, aku tau itu hanya alasan agar tidak mengijinkan aku untuk kuliah lagi mengingat kecelakaan yang menimpaku dua tahun silam. begitupun dengan Winda dan Ayu sahabatku, mereka bertingkah aneh setelah aku bangun dari tidur yang berkepanjangan. Dengan tekad dan ambisi aku mampu meyakinkan mama dengan adanya Winda dan Ayu menambah keyakinannya karena mama percaya dengan mereka.

Berbicara tentang Cinta, menurutku tidak ada yang spesial dengan kata itu. sebagai makhluk yang normal perlu adanya cinta dalam hidup mereka, begitupula denganku. Sebelumnya aku tidak pernah berkencan dengan Pria manapun. Eitss,, bukan berarti aku menyukai sesama wanita, hanya saja belum ada pria yang cocok menurutku. Dan disamping itu, ada orang lain  yang aku sukai. Namanya Bagaspura Ragawan, seorang pria dari fakultas Manajemen yang tiada lain adalah seniorku, dia sangat disukai oleh banyak wanita, oleh karena itu aku tidak pernah menunjukan perasaanku terhadapnya.
Aku sudah menyukainya selama 2 tahun terakhir ini, semenjak dia datang untuk menjengukku di Rumah sakit tempatku dirawat akibat kecelakaan itu. Mulai hari pertama aku sadar dari koma, dia selalu mengunjungiku. Membawakan bunga Tulip 2 tangkai kesukaanku, buah, dan Novel-novel untukku baca. Aku sempat bertanya dalam hati, mengapa dia begitu tau kesukaanku. Sampai bunga. Bunga Tulip, aku menyukai bunga itu hanya 2 tangkai. Tak ada yang tau aku menyukainya, bahkan mama.



PART I

“NERVOUSNESS THAT BEAUTIFUL”

~Hana POV

Aku membereskan buku pelajaran mata kuliah dan memasukannya kedalam ransel, sementara itu aku mendapati ponsel yang sedari tadi berdering, Entah siapa yang menelepon disaat jam kuliah. ternyata yang sedari tadi menelepon adalah si Bawel, Dian. Sepupuku yang paling bawel diantara sepupu-sepupuku yang lain, begitulah aku memanggilnya.

“Whats wrong” tanyaku to the poin
“buku manajemen edisi kedua dari T. Hani Handoko gak ada di perpus kampus gue.“ balasnya
“so ?”
“Jadi, lo harus cari di perpustakaan kampus lo. DON’T FORGET ! this is important” Cerocosnya disebarang sana.
“okey, gue juga mau ke perpustakaan, nanti sekalian gue nyari bukunya” ketusnya sebal
“pokoknya itu buku harus ada. Awas kalo gak ad..” sebelum Dian melanjutkan perkataannya, Aku sudah lebih dulu mematikan ponselku.

Aku menuruni anak tangga dan berjalan menuju perpustakaan. Kebetulan gedung perpustakaan berada pada tingkat kedua di gedung fakultasku dan letaknya bersebelahan dengan kelas kak bagas.
Terlihat kak Bagas sedang berincang dengan lawan bicaranya didepan kelasnya, aku sedikit gugup dan terasa wajahku memerah bagai kepiting rebus. Ku tepiskan kegugupanku dan terus berjalan.
Dimana ada sebuah harapan pasti ada balasan. Tidak semua harapan itu adalah suatu bayangan semu yang hanya bisa dilihat dan tanpa bisa digenggam. Sesuatu yang diinginkan pasti akan didapatkan pada suatu hari nanti. Begitulah argumen batinku setiap kali melihat seorang Bagas.
Aku berjalan, dan terus berjalan menundukan kepalaku.

GUBBRAKK’

Tak terhindar aku menabrak seseorang didepanku hingga kepalaku terbentur pas pada dada bidangnya. Entahlah aku tidak mengenalnya karena sama sekali aku tidak mendongakkan kepalaku.

“Aaww...” aku sedikit mengeluh kesakitan sambil memegangi kepala ku
“tidak bisakah kau menegakkan kepala mu jika sedang berjalan” ucapnya.
Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataaannya dan hanya melirik kearah kak bagas.
“kau tidak ingin meminta maaf ? dadaku hampir retak gara-gara kepalamu” ketusnya sebal.
“Kau kira kepalaku batu semudahnya membuat dadamu retak dengan begitu mudahnya” Seketika aku memandang sinis kearahnya dengan tatapan menyeramkan andalanku.

Aku melihat kedalam manik matanya. Pria menyebalkan dalam kelasku, Bara Ragawan. Mahasiswa pindahan dari Singapore, sudah 3 bulan Dia disini. Satu jurusan denganku, dan yang paling menyebalkan adalah Dia satu kelas denganku. Beruang Kutub julukan yang aku berikan terhadapnya. Yang selalu bersikap dingin terhadapku, yang selalu mengatakan “Enyahlah !!” dengan menekan tanda seru dalam kalimatnya setiap kali aku menanyakan sesuatu tentang pelajaran, dan kenapa hanya aku yang diperlakukan demikian sedangkan kepada wanita lainnya Dia begitu cepat untuk memberikan penjelasannya, dasar tidak adil. Dia memang memiliki IQ yang terbilang tinggi dibanding dengan ku. Dialah King Ice sesungguhnya. Bukan aku !

“Sorry, bisakah kau segera pergi dari hadapanku TUAN” aku sengaja menekan kata tuan dihadapannya.
“tanpa kau suruhpun aku sudah mau pergi” jawabnya
“ kau yang menginginkan penuturan ma....” dia berlalu tanpa menghiraukan perkataanku.
*AAAAAA..... menyebalkan !!* teriakku.
“Han, kau tak apa ?” kurasakan seseorang memegangi pundakku.
“yah, tak app...” Jawabku, sambil memutar tubuhku kearah sumber suara.

*Oh God, kak bagas. Apa yang harus kulakukan ? please jangan gelagapan Han, bersikaplah seperti biasanya* batinku

“oh, gak apa-apa kok” jawabku lagi, sambil berlari kecil menjauh darinya. Dan sesekali berbalik untuk melihat kearahnya.
“baiklah” dia tersenyum, sambil melambai padaku yang mulai menjauh dari tempatnya berdiri.

**
Aku benar-benar sendiri tanpa pacar ataupun gebetan, bukan berarti aku tidak laku. Mungkin mereka akan berpikir dua kali jika ingin berkencan denganku. Wanita yang dijuluki sebagai Queen Ice. Tidak ada yang tidak mengetahui seorang Hana se-fakultas, bukan karena tenar akan kecantikan ataupun memiliki prestasi terbaik maupun kemampuan luar biasa melainkan dikenal sebagai wanita berhati dingin yang tidak peduli sama sekali dengan perasaan orang lain, Terutama pada pria yang ingin mengajakku untuk berkencan. Entahlah, begitulah yang dipikirkan oleh mereka terhadapku. Padahal yang aku lakukakan itu semata-mata hanya untuk melindungi diriku terhadap mereka dan yang Paling utama adalah aku tidak ingin menjatuhkan hati kepada orang yang salah.
Aku pernah membaca salah satu buku mengatakan bahwa “perasaan mampu mengendalikan hati dan hati mampu mengendalikan pikiran, terkadang seseorang memilih untuk mencoba menjatuhkan hati kepada orang yang salah terlebih dahulu agar bisa belajar untuk mengetahui apa yang seharusnya dibenarkan” sedikit membingungkan. Tapi, sebenarnya tidak salah dengan itu hanya saja aku tidak mau menjadikan hatiku sebagai bahan percobaan terhadap hal yang salah.

Waktu yang sulit untuk ku jalani, menjalani hidup dengan ingatan yang hanya bisa ku ingat. Aku merasa ada yang kurang dalam hiduku maupun hatiku, tidak ada satu orang pun yang menjelaskan kejadian apa yang telah aku alami dan penyebab kejadian itupun aku sama sekali tidak mengetahuinya sampai sekarang. Aku mencoba menemukan titik terang akan pertanyaan-pertanyaan aneh yang selalu muncul dalam otakku, tak seorangnpun yang bisa memberikan jawabannya. Entah itu Mama ataupun para sahabat-sahabatku. Aku merasa bahwa aku bukanlah seperti diriku yang dulu.

Komentar